DUA GURU TAZAKKA RAIH GELAR MAGISTER DI UGM

DUA GURU TAZAKKA RAIH GELAR MAGISTER DI UGM

Yogyakarta — Dua guru Pondok Modern Tazakka melaksanakan prosesi wisuda magister di Graha Saba Pramana Auditorium utama Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Selasa (21/10). Keduanya adalah Ustadz. Ferry Hidayat, S.Th.I., S.Fil.I., M.A. dan Ustadz. Muhammad Khafifuddin, Lc., M.A.

Keduanya berhak menyandang gelar master usai menamatkan studinya di Sekolah Pascasarjana UGM pada Fakultas yang sama yaitu Fakultas Ilmu Budaya, namun pada program magister yang berbeda. Ustadz Ferry lulus dari Program Magister Kajian Amerika, sedangkan Ustadz Khafifuddin dari Kajian Budaya Timur Tengah.

Sebelumnya, keduanya telah dinyatakan lulus setelah mampu mempertahankan tesisnya di hadapan para dosen penguji. Ustadz Khafifuddin lebih dulu lulus setelah menyelesaikan ujian tesis pada 2 Juli 2025 lalu. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. ia mampu menyelesaikan dan mempertahankan tesisnya yang berjudul: “Daur Hidup Manusia dari Kelahiran sampai Kematian dalam Arsitektur Masjid Sultan Hassan di Mesir: Analisis Semiotik Charles Sanders Pierce”.

Dalam penelitiannya Ustadz Khafifuddin menyatakan bahwa dengan menggunakan analisis semiotik Charles Sanders Pierce, kita dapat memahami bagaimana arsitektur Masjid Sultan Hassan merepresentasikan daur hidup manusia melalui simbol-simbol dan tanda-tanda yang digunakan seperti bentuk bangunannya, ukiran dan kaligrafi di dalamnya, serta dekorasi yang digunakan dalam arsitektur Masjid Sultan Hassan.

Sepekan kemudian giliran Ustadz Ferry yang lulus dari Magister UGM. Pada tanggal 10 Juli 2025 ia lulus dari sidang tesis dengan nilai A. Tesisnya yang berjudul: “Richard Wright’s Important Contribution in Color Curtain (1956) on Cultural Cold War” ia tulis di bawah bimbingan Dr. Achmad Munjid, M.A., Ph.D.

Penelitian ini mengkaji peran pemikiran dan karya sastrawan kulit hitam Amerika bernama Richard Wright dalam konteks diplomasi budaya dan dinamika ideologis negara-negara Asia-Afrika di tengah Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet. Menurut Ferry Hidayat, kajiannya tersebut menjadi kontribusi penting dalam memahami bagaimana sastra, budaya, dan politik saling berkaitan erat dan memberikan dampak dalam sejarah Amerika dan dunia pasca terjadinya Perang Dunia II.

Dengan diwisudanya Ustadz Ferry dan Ustadz Khafifuddin di UGM, maka bertambah pula guru kader Pondok Modern Tazakka yang telah meraih gelar master. Hal ini sejalan dengan program percepatan SDM dan Visi Kaderisasi Tazakka, dimana pada tahun 2045 nanti ditargetkan memiliki 30 doktor, 50 master, dan 100 sarjana.

Semoga gerakan pembangunan SDM berkualitas di level asatidz atau guru Tazakka bisa berjalan sesuai dengan cita-cita luhur para Pendiri Pondok. Sehingga mampu mewujudkan visi dan misi Pondok Modern Tazakka. Harapannya kelak juga kader-kader Tazakka lainnya yang saat ini sedang menempuh masa studi di perguruan tinggi bisa segera menyelesaikan pendidikan sarjananya ataupun magisternya, bahkan melanjutkan ke jenjang doktoral.