Bibliotheca Alexandria: Inspirasi Ilmiah bagi Peserta Dauroh Tazakka
Alexandria – Kota Alexandria sejak lama dikenal sebagai pusat peradaban dunia. Didirikan oleh Alexander the Great pada tahun 331 SM, kota ini berkembang menjadi pusat perdagangan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan di kawasan Mediterania. Pada masa itu, lahirlah Perpustakaan Alexandria kuno yang tersohor sebagai mercusuar ilmu dengan ratusan ribu manuskrip dari berbagai bangsa. Meski sempat hilang dalam tragedi sejarah, semangat kejayaannya kini dihidupkan kembali melalui Bibliotheca Alexandria modern.
Peserta dauroh Pondok Modern Tazakka yang tengah mengikuti program akademik di Mesir melakukan kunjungan ke Bibliotheca Alexandria pada Sabtu, 4 Oktober 2025. Agenda ini memberikan pengalaman berharga menyaksikan langsung salah satu pusat ilmu pengetahuan modern terbesar dan paling berpengaruh di dunia.
Perpustakaan Alexandria modern diresmikan pada tahun 2002 dengan arsitektur ikonik berbentuk silinder miring yang menghadap Laut Mediterania. Bangunannya dilapisi granit Aswan dan dinding luarnya dihiasi pahatan aksara dari ratusan bahasa, menjadi simbol keterbukaan ilmu pengetahuan lintas bangsa dan budaya.
Gedung utama perpustakaan memiliki kapasitas hingga delapan juta buku dengan ruang baca seluas lebih dari 36.000 meter persegi. Di dalamnya terdapat tujuh lantai bacaan terbuka, area penelitian, serta ruang penyimpanan khusus untuk koleksi yang dilindungi. Dengan luas total hampir 70.000 meter persegi, tempat ini menjadi salah satu fasilitas literasi terbesar di dunia.

Selain koleksi umum, perpustakaan juga menyimpan lebih dari 15.000 buku langka dan manuskrip berusia ratusan tahun. Koleksi ini dilestarikan di bagian khusus yang dilengkapi teknologi konservasi modern. Tidak hanya itu, Bibliotheca Alexandria juga menyediakan akses ke ribuan sumber digital, arsip elektronik, tesis, dan basis data akademik yang memperkuat posisinya sebagai pusat riset internasional.
Fasilitas pendukungnya pun sangat lengkap, mulai dari museum manuskrip, galeri seni, pusat restorasi naskah kuno, planetarium, hingga ruang konferensi internasional. Kehadiran fasilitas ini menjadikan perpustakaan bukan sekadar tempat membaca, tetapi juga pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan dialog antar peradaban.
Peserta dauroh Tazakka yang berkunjung tampak antusias menelusuri berbagai ruangan dan fasilitas. Mereka menyaksikan bagaimana perpustakaan ini berhasil memadukan warisan klasik dengan teknologi modern, sekaligus memelihara semangat keilmuan yang pernah menjadikan Alexandria sebagai mercusuar pengetahuan dunia.


Kunjungan ini juga memberi ruang refleksi akan peran penting ilmu pengetahuan dalam membangun peradaban. Perpustakaan Alexandria mengingatkan bahwa kejayaan lahir dari semangat membaca, meneliti, dan menghargai warisan intelektual. Peserta dauroh pun mendapat inspirasi untuk meneguhkan kembali tradisi ilmiah yang telah lama menjadi ciri khas pesantren.
Dengan megahnya arsitektur, kelengkapan koleksi, dan profesionalisme pengelolaan, Bibliotheca Alexandria dipandang sebagai teladan bagi dunia dalam menjaga, mengembangkan, dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Kunjungan peserta dauroh Tazakka ini meneguhkan keyakinan bahwa semangat keilmuan adalah warisan abadi yang harus terus dijaga lintas generasi. @ Indradil Zulpatan






