Pondok Modern Tazakka kembali menyelenggarakan rangkaian kegiatan Tazkiyah dan Penataran Guru yang pada sesi ketiga kali ini mengangkat tema Penjaminan Mutu Pendidikan. Sesi ini dilaksanakan pada 15 April 2025 dengan diisi oleh tiga narasumber utama, yaitu K.H. M. Bisri, S.H.I., M.S.I., K.H. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D., dan K.H. Anizar Masyhadi, M.A.

Dalam paparannya, K.H. M. Bisri menegaskan bahwa mutu dan kualitas pendidikan tidak muncul secara otomatis, melainkan harus dijaga dengan sistem penjaminan mutu yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan. Penjaminan mutu menjadi penting demi menjaga konsistensi kualitas pendidikan, meningkatkan reputasi lembaga, menjamin kompetensi lulusan, serta mendorong perbaikan secara terus-menerus.
Beliau juga menyoroti lima unsur pokok pesantren, yakni kiai, santri mukim, pondok/asrama, masjid/mushola, serta kajian kitab kuning atau dirasah Islamiyah dengan pola Mu’allimin. Dalam konteks PM Tazakka, sistem penjaminan mutu pendidikan mencakup seluruh aspek kelembagaan, mulai dari lembaga KMI, pengasuhan santri, hingga pembinaan guru oleh Departemen SDM serta pembinaan alumni oleh IKAT.



Fokus penjaminan mutu di Tazakka meliputi peningkatan kualitas SDM, tata kelola kelembagaan, sarana-prasarana, validitas data, serta penguatan kurikulum berbasis profil santri. Evaluasi mutu dilaksanakan melalui berbagai bentuk evaluasi pendidikan: formative seperti tatbiq dan seminar diagnostic seperti placement test; serta summative seperti ujian tengah dan akhir semester.
Lebih jauh, penjaminan mutu tidak hanya dilaksanakan secara internal, namun juga diperkuat dengan pengakuan eksternal, seperti mu’adalah dari pemerintah, pengakuan dari institusi pendidikan nasional dan internasional seperti Al-Azhar, serta pengakuan atas kiprah alumni dan hasil riset ilmiah terkait PM Tazakka.

Dalam kesempatan yang sama, K.H. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D. menegaskan bahwa Tazakka memiliki misi besar: mencetak calon pemimpin umat. Oleh karena itu, santri harus menjunjung tinggi penghormatan kepada guru, sementara para guru pun harus senantiasa memantaskan diri untuk dihormati. Seorang pemimpin sejati, menurut beliau, adalah yang mampu melihat, mendengar, dan merasakan hal-hal yang luput dari perhatian orang biasa.

Adapun K.H. Anizar Masyhadi, M.A. mengingatkan bahwa setiap individu di pesantren, baik guru maupun santri, sejatinya adalah penjamin mutu. Maka penjaminan mutu pendidikan harus dimulai dari diri sendiri, dengan menjaga kualitas pribadi secara berkelanjutan.
Melalui sesi ini, Tazakka kembali memperkuat komitmennya dalam menjaga mutu pendidikan pesantren sebagai wujud tanggung jawab dalam mencetak generasi pemimpin umat yang unggul dan berkarakter.