Sesi kedua Tazkiyah dan Penataran Guru di Pondok Modern Tazakka dilaksanakan pada Senin, 14 April 2025 membahas secara mendalam Konsep Kepengasuhanan Santri sebagai elemen fundamental dalam sistem pendidikan pesantren. Sebagai pembicara dalam sesi ini adalah K.H. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D., K.H. M. Bisri, S.H.I., M.Si., dan K.H. Anizar Masyhadi, M.A.

Dalam pemaparannya, K.H. Anang Rikza Masyhadi menekankan pentingnya integrasi antara dua lembaga inti di pesantren: Kepengasuhan Santri dan KMI. Keduanya bukan dua hal yang terpisah, tetapi merupakan satu kesatuan sistem pendidikan yang saling melengkapi.
Beliau juga mengembangkan konsep Catur Pusat Pendidikan, dimana pendidikan tidak lagi hanya bersumber dari rumah, sekolah, dan masyarakat, tetapi juga dari media. Dalam konteks ini, pesantren hadir sebagai sistem pendidikan yang integratif dan komprehensif, dengan penekanan pada kemandirian dalam pengelolaan kurikulum, metode, dan penilaian.

Kurikulum di PM Tazakka dipahami sebagai seluruh aktivitas santri selama 24 jam. Kurikulum ini terbagi ke dalam dua wilayah besar: intrakurikuler (tanggung jawab KMI) dan ekstrakurikuler-kokurikuler (wilayah Kepengasuhan). Asrama diposisikan sebagai “rumah besar” dan “miniatur masyarakat” yang idealnya mencerminkan suasana sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Dalam aspek kognitif, pendidikan di Tazakka mengikuti kerangka Bloom’s Taxonomy, dengan pengembangan keterampilan berpikir dari LOTS (Lower Order Thinking Skills) di kelas awal hingga HOTS (Higher Order Thinking Skills) di kelas akhir. Sementara itu, OPPM (Organisasi Pelajar Pondok Modern) dijelaskan sebagai wadah pendidikan kepemimpinan, perjuangan, dan pengabdian.
Sesi ini juga menyoroti pentingnya Leadership sebagai bagian dari kurikulum. Pendidikan kepemimpinan bukan hanya tentang struktur organisasi, tetapi juga membentuk ketokohan santri. Dalam pengasuhan, pendekatan disiplin yang dianjurkan adalah preventif dan berbasis bimbingan serta konseling, bukan sekadar penindakan.

K.H. M. Bisri menegaskan bahwa kepengasuhan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan santri dan merupakan kekhasan pesantren. Beliau menolak segala bentuk kekerasan fisik maupun verbal terhadap santri, mengedepankan pendekatan yang lembut namun tegas.

Sementara itu, K.H. Anizar Masyhadi mengingatkan bahwa komitmen kependidikan adalah hal pokok dalam menjalani peran sebagai guru. Beliau mengutip, “Khitmatu Thullab Syarofun Amanatun wa Mas’uliyatun”, bahwa melayani santri adalah kehormatan, amanah, dan tanggung jawab. Guru dituntut hadir secara utuh dalam kehidupan santri, dan wali kelas diminta memiliki catatan mendetail tentang perkembangan setiap anak didiknya selama satu tahun.
Melalui sesi ini, para guru diharapkan semakin memahami peran strategis mereka dalam membentuk karakter dan kepemimpinan santri secara menyeluruh, dalam suasana pendidikan yang penuh cinta, amanah, dan keteladanan.