Bogor, 6 Januari 2025 – Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Perhimpunan Pengasuh Pesantren Indonesia (P2i) terus memperkuat kolaborasi strategis melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD). Acara ini bertujuan untuk mengembangkan pendidikan di lingkungan pesantren melalui inovasi dan sinergi.
Acara yang berlangsung di Bogor ini dihadiri oleh Wakil Rektor IPB Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Prof. drh. Deni Noviana, Ph.D.; Ketua Umum Forum Komunikasi Pesantren Muadalah (FKPM), Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A.; dan Presiden P2i, Dr. H. M. Tata Taufik, M.Ag. Diskusi dipandu oleh Wakil Presiden P2i, K.H. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D.
Prof. drh. Deni Noviana, Ph.D., dalam sambutannya menegaskan komitmen IPB untuk mendukung pengembangan pesantren melalui inovasi berbasis ilmu pengetahuan.
Sementara itu, Ketua Umum FKPM, Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A., menekankan pentingnya kerja sama ini, khususnya bagi pesantren di daerah-daerah. “Kader-kader yang belajar di IPB harus mampu mengimplementasikan ilmu mereka untuk memanfaatkan potensi lokal dan mengelola sumber daya secara optimal,” ujar Kiai Amal.
Presiden P2i, Dr. H. M. Tata Taufik, M.Ag., menambahkan pentingnya merancang kurikulum strategis yang mendukung semangat kewirausahaan. “Pesantren perlu memiliki visi pendidikan dan manajemen yang jelas agar mampu menjadi lembaga yang mandiri dan berdaya saing,” tegasnya.
FGD ini juga mempertemukan berbagai perspektif yang memperkaya diskusi. Rektor Universitas Darussalam Gontor, Prof. Dr. K.H. Hamid Fahmi Zarkasyi, menyoroti pentingnya penguatan sumber daya manusia (SDM) di pesantren. “Banyak pesantren kini telah bertransformasi ke perguruan tinggi. Kalangan pesantren menyadari bahwa tantangan zaman ke depan tidak cukup hanya dengan melahirkan santri di level pendidikan menengah, melainkan mestinya pesantren berkontribusi melahirkan para ulama dan saintis di tingkat kesarjanaan tertinggi.” ujarnya.
“Selama ini, pesantren seringkali diidentikkan sebagai lembaga yang menghasilkan lulusan dari kalangan menengah. Namun, dengan adanya 170 perguruan tinggi berbasis pesantren, sudah saatnya paradigma itu berubah. Kerja sama yang dilakukan juga harus meningkat ke level perguruan tinggi pesantren, sehingga pesantren dapat memainkan peran strategis dalam membangun bangsa melalui pendidikan tinggi yang berkualitas,” tegas Prof. Hamid.
K.H. Lukman Hakim, M.A., selalu Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin menyampaikan bahwa riset akademik merupakan kunci pemenuhan kebutuhan pesantren. “Pesantren saat ini membutuhkan riset mendalam untuk mengidentifikasi kebutuhan yang paling mendesak. Inilah waktu yang tepat bagi akademisi dari kampus untuk hadir di pesantren, melakukan riset, dan memberikan rekomendasi berbasis data serta keahlian akademik,” ujar Kiai Lukman.
“Setiap pesantren memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari aspek miliu, tantangan, maupun kebutuhan. Oleh karena itu, hasil riset harus disesuaikan dengan kondisi spesifik masing-masing pesantren. Dengan pendekatan berbasis penelitian, pesantren dapat menemukan solusi yang tepat guna menghadapi tantangan modern tanpa mengabaikan nilai-nilai tradisionalnya,” ujar KH. Lukman
Presiden Universitas Cordova Sumbawa, Dr. K.H. Zulkifli Muhadli, S.H., M.M., menyoroti keberhasilan kerja sama IPB dengan pesantren di masa lalu, seperti program kelas jauh di Sumbawa. “Pertemuan ini menjadi sejarah baru, mempertemukan para saintis IPB dan ulama pesantren untuk bersama-sama menciptakan SDM unggul,” jelasnya.
Wakil Rektor IPB menutup diskusi dengan menyampaikan komitmen untuk memulai penerimaan beasiswa berbasis kerja sama dengan P2i pada tahun 2025.
FGD ini menjadi langkah awal yang strategis untuk memperkuat peran pesantren dalam sistem pendidikan nasional. Sinergi antara IPB dan P2i diharapkan mampu memberikan manfaat signifikan bagi pesantren serta masyarakat luas.
Sebelumnya:
Kalangan Pesantren Tandatangai MoU dengan IPB