Jakarta — Bapak Pimpinan Pondok Modern Tazakka, K.H. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D. ikut hadir dalam kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar, H.E. Prof. Dr. Ahmad Al-Thayeb di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta, Kamis sore (11/7). Kunjungan ke Darunnajah merupakan agenda terakhir GSA dalam lawatannya ke Indonesia guna mempromosikan wasathiyah Islam, perdamaian, dan kemanusiaan global.
Kiai Anang juga hadir sebagai Sekretaris Jenderal Forum Pesantren Alumni Gontor yang pada hari itu juga mengadakan pertemuan di Darunnajah. Dalam agenda tersebut, hadir lebih dari seratus Pimpinan Pondok Pesantren yang tergabung dalam FPAG. Bahkan, beberapa Asatidz dari Pondok Modern Tazakka juga ikut hadir dalam pertemuan tersebut bersama rombongan FPAG Jawa Tengah.
Adapun Grand Syaikh Al-Thayeb hadir dan disambut langsung oleh Pimpinan PP Darunnajah, Dr. K.H. Shofwan Manaf, M.Si., K.H. Hadiyanto Arief, S.H., M.Bs., Rektor Universitas Darunnajah dan jajaran asatidz serta beberapa tamu undangan penting.
Sedangkan GSA sendiri hadir didampingi oleh Dubes Mesir untuk Indonesia, H.E. Yasser Elshemy, Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar, Prof. Dr. Abbas Shouman, Sekjen Majelis Hukama Muslimin, Muhammad Abdussalam, Sekjen Lembaga Riset Islam, Prof. Dr. Nadhir Ayyadh, Mantan Rektor Al-Azhar, Prof. Dr. Husein Al-Mahrashawi, Penasehat GSA Prof. Dr. Nahlah Sobri dan juga Dubes Abdurrahman Musa.
Dalam sambutannya, Kiai Shofwan Manaf menyatakan bahwa Al-Azhar telah menginspirasi Darunnajah dalam dua hal. Pertama adalah dalam hal pendidikannya, terutama manhaj pendidikan Islam yang bersifat moderat dan juga wakafnya yang mampu menopang Al-Azhar lestari hingga seribu tahun lebih.
“Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan Islam paling berhasil dalam hal pendidikan dan wakafnya. Kita bisa lihat, dengan wakaf sebagai instrumen utamanya, mampu menjadikan Al-Azhar tetap konsisten mendidik para mahasiswanya hingga 10 abad lebih. Bahkan, ribuan pesantren di Indonesia kemudian menjadikan Al-Azhar sebagai salah satu sintesa pondok dalam hal perwakafan” jelas beliau.
Kiai Shofwan juga menegaskan bahwa sebagai bentuk apresiasi Darunnajah kepada Al-Azhar, Gedung 7 lantai yang saat ini sedang dibangun dan ditaksir akan menelan dana sekitar 45 milyar tersebut akan diberi nama Gedung Al-Azhar.
Adapun Grans Syaikh Al-Azhar dalam tausiyahnya menekankan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan oleh umat muslim. Beliau juga menjelaskan bahwa makna ilmu sebagaimana dimaksud dalam Al-Quran sangat luas, yaitu meliputi belajar, mengamati, mengobservasi, meneliti dan mengkreasikan, bahkan mengajarkan.
“Kata ilmu di dalam Al-Quran disebutkan lebih dari seribu kali. Ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan ilmu pengetahuan bagi seorang muslim. Apalagi ayat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah adalah perintah tentang membaca. Maka, saya berpesan agar kita beriman dengan ilmu, agar menjadi keyakinan dan keimanan yang kuat” tegas GSA.
Al-Thayeb juga menghimbau kepada seluruh Kiai dan Pimpinan Pesantren yang hadir dalam majelis tersebut untuk mengajarkan ilmu pengetahuan Islam secara luas dan komprehensif. Sebagai contoh, GSA ingin agar pesantren mengajarkan keragaman pendapat-pendapat dalam beberapa madzhab, baik dalam bidang akidah maupun fiqih.
Harapannya, agar para santri memiliki wawasan yang lebih luas dan mampu untuk bersikap toleran, tidak kaku namun juga tidak terlalu longgar, tapi washatiyah, moderat. Karena Grand Syaikh ingin semua pendapat para imam-imam madzhab tersebut dikaji oleh para santri secara mendalam hingga ke akar masalahnya dan sesuai dengan dasar argumentasinya. Dan itulah yang menjadi manhaj dan tradisi keilmuan di Al-Azhar.
Sebelumnya, Grand Syaikh Al-Azhar juga mengadakan pertemuan dengan Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, K.H. Hasan Abdullah Sahal dan beberapa Kiai Pimpinan Pesantren besar lainnya, termasuk Pimpinan PM Tazakka, Kiai Anang Rikza. Bahkan, Kiai Anang juga ikut dalam pertemuan GSA dengan Ketua Umum DMI, H. Jusuf Kalla dan Ketua ASFA Foundation, Jendral Syafruddin Kambo.
Grand Syaikh Al-Thayeb sangat merasa gembira mendapatkan sambutan yang luar biasa dari kalangan pesantren khususnya, dan juga masyarakat Indonesia umumnya. Hal ini menandakan bahwa bangsa Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan Al-Azhar dan Mesir dan juga sangat mencintai Al-Azhar sebagai corong peradaban keilmuan Islam dunia.
Berikutnya:
IMLA Gelar Rakernas di Tazakka