Memaknai Liburan Santri

Memaknai Liburan Santri

Oleh: Pakde Aji Surya
Tazakka – Liburan telah tiba, santri Tazakka pulang ke rumah orang tua. Di tengah kegembiraan yang mengemuka, bagaimana memaknainya?

Pertemuan yang lama sudah ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Suasana kehangatan pasti tercipta. Itulah kumpulan rasa rindu, ingin tahu serta kebanggaan yang tercampur baur menjadi satu. Semua berbalut satu rasa yang disebut cinta.

Tidak mengherankan bila suasana yang diimpikan itu mampu mencuatkan rasa kegembiraan yang membuncah. Tawa riang dan suasana yang renyah. Berjalan dengan langkah yang seirama. Bernyanyi dan bermain bersama-sama. “We feeling” pun merekah.

Liburan adalah merajut dan menguatkan kembali benang-benang rangkaian silaturahim. Hubungan jarak jauh (LDR) yang kadang terbentang berbulan-bulan atau bahkan tahunan harus dibangun kembali. Selama di pesantren, para santri mengalami perkembangan, begitu pula anggota keluarga dan handai tolan yang di rumah dan di kampung halaman. Aneka perkembangan ini perlu dijembatani/disatukan agar menjadi satu kesatuan sinergi dan menjadi kekuatan.

Reuni keluarga dan bersama para sahabat bukan hanya sekedar nostalgia, namun sebuah interaksi dan proses saling memahami. Akan jauh lebih bagus lagi bilamana hal itu dimaknai sebagai proses belajar, saling mengasah satu dengan lainnya. Santri yang pulang jadi tahu perkembangan riil di lapangan, sedangkan sahabat-sahabatnya pun tahu bahwa yang di pondok mengalami pertumbuhan yang luar biasa, mensinergikannya akan menjadi kekuatan yang luar biasa.

Bagi orang tua demikian juga, melihat perkembangan anaknya yang baru pulang liburan, bukan hanya melepaskan rasa kangen yang sudah ditahan cukup lama, akan tetapi lebih memahami apa yang terjadi pada sang anak, perkembangan yang sudah dicapai serta melakukan evaluasi tentang lompatan-lompatan yang mampu dilakukannya, apakah sudah sesuai ekspektasi?, apakah kurang cepat, atau bahkan terlalu lambat.

Ada baiknya juga, sang orang tua melihat membandingkan dengan kawan-kawannya terdahulu, dengan melakukan komparasi yang tepat maka akan ditemukan ramuan pas untuk memacu sang anak menjadi santri milenial yang mampu menjawab tantangan masa depan yang makin kompleks.

Tentu saja, komunikasi dan evaluasi itu dalam suasana yang sangat kondusif, penuh kekeluargaan dan kasih sayang. Pendekatan yang tepat ditambah komunikasi yang pas akan mengantarkan sang anak menuju pemuda “inilah saya” atau “Ha ana dza”. Pemuda yang mandiri dan tidak khawatir bersaing di cuaca apapun.

Nah, bagi sang santri sendiri, tentu liburan harus lebih dimaknai sebagai proses “recharging”, atau mengisi baterei. Selama liburan digunakan untuk rileks, bermain dengan keluarga dan teman, sejenak lepas dari kegiatan di pesantren. Kebiasaan baik selama di pesantren harus tetap dijaga, kejelian santri tidak boleh berhenti dengan terus mengamati perkembangan yang ada di dunia luar untuk dipakai sebagai bekal “gas pol” saat kembali ke pesantren.

Jalinan komunikasi dengan keluarga dan teman harus dikembangkan, jangan pernah berhenti, tidak keminter apalagi minder, tetap “Cool” dan senantiasa bersahaja. Percayalah bahwa ada saatnya nanti, hubungan pertemanan yang tulus itu yang akan mengantarkan setiap individu kepada kesuksesan. Itulah yang sering dikenal dengan istilah “the power of networking”.

Liburan bagi santri pasti akan terasa cepat sekali. Seminggu dua minggu terasa sehari atau paling lama dua hari, tiba-tiba saja harus segera kembali ke pesantren lagi. Itu normal-normal saja, namun tidak perlu disesalkan. Selama mampu memaknai liburan dengan baik, maka ketika tiba saatnya kembali “bertapa” di pesantren akan diterima dengan penuh rasa suka cita. Pulang ke pesantren adalah sebuah kegembiraan yang tiada tara. Para santri akan kembali berkumpul dengan teman-teman sepondok. Mereka akan melakukan “exchange of experiences” atas liburan mereka serta mengambil pelajaran lalu belajar lebih tekun demi masa depan.

Penulis adalah Alumnus Pondok Modern Gontor dan DCM (Wakil Duta Besar RI) di KBRI Cairo Mesir

www.tazakka.or.id