Pengajian Maulid Nabi di Tazakka

Pengajian Maulid Nabi di Tazakka

TAZAKKA – Pondok Modern Tazakka menggelar Pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Az-Zaky, Tazakka, Ahad pagi (10/11). Menjadi tema Pengajian Ahad Pagi (10/11). Pengajian yang dihadiri oleh seluruh santri, guru-guru dan masyarakat sekitar masjid. Mereka mendengarkan tausiyah dari KH. Anizar Masyhadi dan KH. Anang Rikza Masyhadi.

Mengawali tausiyahnya, Kiai Anizar mengatakan bahwa memperingati Maulid Nabi artinya meneladani, mengikuti dan mengerjakan sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW; menjalani perintah dan menjauhi larangan-larangannya.

Rasulullah itu teladan agung dalam keseluruhan akhlaknya, maka kita harus bisa meneladaninya, supaya kita pun bisa menjadi teladan bagi orang lain, itu inti peringatan Maulid ini, karena mengingat kelahirannya berarti mengingat sosoknya pula” ujarnya.

Sementara itu, Kiai Anang melanjutkan tausyiah dengan mengutip surat Al-Hujurat: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui“. Seruan ini adalah salah satu dari banyaknya seruan yang ditujukan kepada kaum muslimin. Dalam ayat tersebut kita semua sebagai umat muslim dilarang membuat keputusan hidup dan aturan yang menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

“Tapi, juga bisa dimaknai dari sudut pandang akhlak, kita dilarang mendahului guru kita saat berjalan bersamaan, karena para sahabat zaman dahulu tidak pernah mendahului Rasulullah ketika berjalan bersamaan, maksudnya akhlak sahabat terhadap Rasul, sehingga menjadi akhlak murid kepada guru, anak kepada orang tua” imbuhnya.

Kemudian, lanjut Kiai Anang, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari. ”

Para sahabat memahami baik ayat ini, ujar Kiai Anang, sehingga mereka tidak pernah mengangkat suara melebihi suara Rasulullah sebagaimana mereka berbicara kepada sesamanya. “Bahkan, dalam budaya Arab, ketika ada orang yang bertengkar, maka penengah diantara mereka akan mengucapkan sholawat, karena mereka meyakini kalau bersholawat sama halnya menghadirkan Rasulullah diantara mereka sehingga mereka tersadar tidak boleh meninggikan suara di hadapan Rasul, maka hatinya menjadi cair” tambahnya.

Itulah akhlak, dan itulah ajaran kita, tandas Kiai Anang. Bahkan, di ayat keempat dijelaskan tentang adab mengetuk pintu rumah guru kita. “Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad) dari luar kamarmu kebanyakan mereka tidak mengerti“.

Ini mengandung nilai keadaban yang sangat tinggi dari sahabat kepada Rasul, dan itulah keteladanan yang diwariskan kepada kita” tandas Kandidat Doktor Linguistik Arab dari Suez Canal University itu.

Kiai Anang kemudian menjelaskan hakekat salam dan shalawat kepada Nabi. “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Menurutnya, ini adalah satu-satunya perintah yang Allah mulai dari Diri-Nya Sendiri. Sholawat Allah sebagai rahmat, sholawat malaikat sebagai permohonan ampun untuk Rasulullah, dan sholawat orang-orang mukmin sebagai penghormatan dan ungkapan terima kasih.

Shalawat ini berlangsung terus menerus, sejak sebelum Nabi lahir, semasa hidupnya, hingga setelah wafatnya seperti yang kita lakukan saat ini. “Bahkan, Nabi Adam pun bersholawat kepada Nabi karena sudah diberitahu akan kelahiran Nabi dan Rasul penutup di akhir zaman” imbuhnya.

Menurutnya, salam dan shalawat dapat dilakukan dari dekat dengan berziarah ke makam Nabi, dan dapat juga dari jauh dari manapun. Shalawat dari dekat, maka Rasul akan menjawabnya langsung, ujar Kiai Anang mengutip Hadis Shahih dari Ahmad dan Abu Dawud.

Sedangkan shalawat dari jauh, maka ada malaikat-malaikat yang berkeliling di muka bumi yang bertugas menyampaikan salam umatnya kepada Rasul. Kiai Anang pun mengutip Hadis Shahih untuk menguatkan pendapatnya ini.

Maka, perbanyaklah bershalawat, pinta Kiai Anang, karena shalawat itu tanda cinta kepada Rasul. “Orang yang mencintai sesuatu pasti akan menyebut terus benda atau orang yang dicintainya, maka sama halnya kita sebagai hamba yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, akan selalu mengingat dan menyebutnya, dan itulah hakekat dzikir dan shalawat” tandasnya.

Maka, orang yang dzikirnya sedikit, oleh Allah disebut sebagai orang munafik sebagaimana ditegaskan-Nya dalam surat An-Nisa: 142. Dan dalam hadis disebutkan pula bahwa memperbanyak shalawat dapat menghindarkan orang dari kemunafikan.

Pengajian diakhiri dengan melantunkan shalawat bersama-sama yang bergema memenuhi masjid dan area kampus Pondok Modern Tazakka. Kemudian, ditutup dengan doa dan salam-salaman.

Usai Pengajian Maulid, seluruh hadiri menikmati sarapan bersama yang telah disiapkan di pelataran Masjid Az-Zaky dengan menu khas megono, gule kambing, ayam organik, dan tempe goreng. @rayahmed

www.tazakka.or.id