Mengalahkan Setan

Mengalahkan Setan

Tazakka – Inti ibadah adalah ketaatan kepada perintah Allah SWT: menyimpang dari perintah Allah, dengan demikian adalah maksiat. Maksiat adalah jalan menuju kekufuran. Maka, dapat dikatakan bahwa ibadah adalah ketaatan makhluk kepada Sang Khalik.

Iblis, adalah makhluk pertama yang berbuat maksiat, yaitu ketika Allah menyuruhnya untuk ‘sujud’ kepada Adam namun ia enggan melaksanakannya. “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 34)

Orang-orang awam sering berkomentar –mudah-mudahan karena ketidaktahuannya, bukan karena sok tahunya–, bahwa sesungguhnya Iblis benar ketika ia menolak sujud kepada Adam, karena Iblis tidak mau sujud kepada makhluk; ia hanya ingin sujud kepada Allah saja.

Ini adalah komentar yang keliru!! Ketahuilah, bahwa sesungguhnya alasan Iblis enggan sujud kepada Adam bukanlah seperti yang dikemukakan pendapat kebanyakan orang awam itu, tetapi ini sungguh masalah prinsip: Iblis membangkang perintah Allah yaitu perintah sujud kepada Adam. Jadi, ini murni masalah ketaatan!!

Lalu, apa sesungguhnya alasan pembangkangan Iblis itu? Simaklah rekaman percakapan Allah dengan Iblis. Allah berfirman: “Apa yang membuatmu enggan bersujud (kepada Adam) ketika Aku memerintahkanmu? Iblis menjawab: aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sementara Engkau ciptakan Adam dari tanah.” (Qs. Al-A’raf [7]: 12)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh ciptaan-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya“. (Qs. [38]: 71-72)

Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya,
kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.” (73-74)

Allah berfirman: Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan Kedua Tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi?” Iblis berkata: ‘Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah‘”. (75-76)

Jadi, ternyata pembangkangan Iblis kepada Allah hanya karena dia merasa lebih unggul secara unsur, padahal tidak ada satu pun penjelasan bahwa unsur api lebih baik daripada unsur tanah. Artinya, itu hanya klaim sepihak dari Iblis atas manusia. Inilah yang dalam ilmu sosiologi modern disebut dengan rasisme.

Jadi, sifat rasis, yaitu merasa superior tanpa dasar kompetitif kualitatif adalah jenis dosa pertama makhluk. Inilah bentuk kesombongan yang paling nyata. Artinya, jika ada seseorang merasa lebih hebat daripada orang lain hanya karena warna kulit, ras, dan status sosial, maka itulah rasisme, dan itulah warisan Iblis.

Di sisi lain, Allah menegaskan bahwa keunggulan hanya bisa dicapai melalui ketakwaan, amal shaleh dan ilmu pengetahuan. “Sesungguhnya orang yg paling mulia diantaramu adalah orang yang paling bertakwa”; “dan berlomba-lombalah kamu dalam hal kebaikan..“; “Allah meninggikan derajat orang-orang yg beriman diantaramu dan yang berilmu pengetahuan…”

Alasan berbau rasis itulah yang menyebabkan Allah sangat Murka. “Allah berfirman: Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” (77)

Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis diantara mereka.” (82-83)

Artinya, terhadap orang-orang yang mukhlis, Iblis mengaku menyerah tak dapat menggodanya. Orang mukhlis adalah orang yang memurnikan orientasi seluruh hidupnya berupa ibadah, hidup dan matinya hanya untuk menggapai ridho Allah.

Mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus...” (Qs. [98]: 5) “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. [6]: 162)

Pada hari-hari Nahr dan Tasyrik ini: 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijah adalah momentum perlawanan kita kepada Iblis. Kaum muslimin di seluruh dunia meneladani keikhlasan, kepasrahan dan kesabaran Ibrahim AS dan Ismail AS dg melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Kurban adalah bentuk ketaatan sekaligus kesyukuran kita kepada Sang Khalik.

Sementata para jamaah haji melaksanakan ibadah melontar jamarat di Mina, yang secara simbolik menegaskan kesungguhan sikap perlawanan kita kepada setan sekaligus berkomitmen untuk terus menjadikan setan sebagai musuh abadinya. Setan-setan yg bersemayam dalam diri kita: kesombongan, keserakahan, kemunafikan, dan sifat-sifat buruk lainnya harus dapat kita kalahkan.

Maka, di dalam melontar jamarat, secara simbolik setan itu harus dilempari dengan kerikil secara berulang-ulang dalam beberapa hari. Artinya, melontar jamarat mengajak kita untuk memenangkan pertarungan melawan setan, sehingga kita menggapai sukses di dunia dan akhirat. Setan dan Iblis adalah sumber kemaksiatan; sumber pembangkangan kepada Allah SWT.

Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs. [35]: 6) Semoga kita tidak termasuk golongan setan.

@AnangRikza, Mina, 11 Dzulhijjah 1434
www.tazakka.or.id